Sistem Otomasi Transportasi Produk dengan Konveyor Berjalan

Memanfaatkan konveyor sebagai alat transfer antar proses cukup efektif dalam otomasi sistem transfer antar proses, hanya saja perlu diperhatikan perubahan kapasitas akibat waktu transfer yang dibutuhkan .

Mekanisme Transfer Otomatis antar Proses Press Mekanik

Memudahkan pemindahan produk antar station proses tanpa handling manual, transfer antar proses bisa diterapkan pada pemindahan produk yang membutuhkan beberapa proses dengan Press Mekanik atau Hidrolik.

Mekanisme Transfer Otomatis Proses Draw pada Press Mekanik

Proses Draw yang membutuhkan beberapa proses dalam pembentukannya sangat efektif dengan memanfaatkan Mekanisme Otomasi Transfer antar prosesnya.

Robotik Pada Sistem Transfer Otomatis

Pada mekanisme transfer yang cukup rumit sangat cocok dengan memanfaatkan Transfer Robotik

Pneumatic Feed Bar Transfer

Pemanfaatan sistem Pneumatik dan Magnet pada mekanisme Transfer Produk

Minggu, 13 September 2015

Masalah - Masalah Painting

PEELING
Kondisi:
Peeling adalah suatu kondisi permukaan kehilangan daya lekat antar cat dan enzyme.
Penyebab:
  1. Pembersihan yang tidak sempurna debu dan lain lain yang mencegah cat dan enzyme tidak senyawa.
  2. Pengadukan yang tidak rata.
  3. Menggunakan primer/sealer yang salah atau tidak menggunakan primer/sealer.
Pencegahan:
  1. Bersihkan permukaan secara sempurna.
  2. Aduklah semua pigment dengan rata.
  3. Primer/sealer fungsi utama adalah menambah daya rekat top coat.
Penyelesaian:
Amplas permukaan dan cat ulang.

SOLVENT POPPING
Kondisi:
Solvent Popping adalah kondisi penguapan udara cepat menyebakan lobang kecil dipermukaan.
Penyebab:
  1. Penggunaan Thinner or reducer yang tidak cocok.
  2. Cat Water base Yang di applikasi dan kelembaban yang tinggi.
  3. Pengecatan terlalu tebal menyebabkan solvent terperngkap di unercoat.
Pencegahan:
  1. Pergunakan Thinner atau reducer yang cocok.
  2. Pergunakan cat water bnase pada saat kelembaban tidak rendah.
  3. Berikan waktu yang cukup antar pengecatan Keringkan permukaan dengan sempurna.
Penyelesaian:
Dalam keadaan ringan permukaan diamplas dan di cat ulang, untuk kondisi agak berat cat nya di bersihkan total di prmier dan dicat ulang.

PINHOLING
Kondisi:
Pinholing adalah suatu kondisi terjadi lobang lobang kecil dipermukaan disebabkan solvent, udara dan air yang terperangkap.
Penyebab:

  1. Pembersihan permukaan yang tidak sempurna.
  2. Compresor yang terkontaminasi air dan minyak.
  3. Pengaturan dan teknik spray gun yang salah dan aplikasi cat tertalu basah.
  4. Thinner atau reducer tidak cocok menyebabkan solvent terperangkap dalam cat berikutnya.
  5. Pengeringan yang tidak sempurna, pengeringan menggunakan compressor mengakibatkan udara tampil dan solvent dipermukaan cat dan menyebabkan pinholing.

Pencegahan:

  1. Pastikan permukaan bersih dan kering sempurna.
  2. Bersihkan dan lepaskan tekanan compressor secara regular.
  3. Pergunakan Pengaturan, teknik dan tekan compressor yang benar.
  4. Pergunakan Thinner atau reducer yang sesuai.
  5. Keringkan permukaan dengan sempurna.

Penyelesaian:
Amplas permukaan sampai licin dan cat ulang.


sumber :http://www.pabrikcat.com

Faktor yang Mempengaruhi Kelembapan










Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut (Santoso, 2007) :
a.       Suhu.
b.      Tekanan udara.
c.       Pergerakan angin.
d.      Kuantitas dan kualitas penyinaran.
E.       Vegetasi dsb.
Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara.Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara.Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara.Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi(Karim,1985).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan.Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi air larutan. Demikian pula halnya jika hidrat kristal garam-garam (salt cristal bydrate) tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup maka air dari hidrat kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
Kelembaban relatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fasa gas (Santoso, 2007).
Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut.Perhitungan kelembaban relatif ini merupakan salah satu data yang dibutuhkan (selain suhu, curah hujan, dan observasi visual terhadap vegetasi) untuk melihat seberapa kering areal perkebunan sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat potensi kebakaran lahan (Santoso, 2007).
Cara yang lebih praktis yaitu dengan menggunakan 2 termometer, yang basah dan kering.Prinsipnya semakin kering udara, maka air semakin mudah menguap.karena penguapan butuh kalor maka akan menurunkan suhu pada thermometer basah. Sedangkan termometer kering mengukur suhu aktual udara.Akibatnya jika perbedaan suhu antara keduanya semakin besar, maka artinya kelembaban relatif udara semakin rendah. Sebaliknya jika suhu termometer basah dan thermometer kering sama, artinya udara berada pada kondisi lembab jenuh (Santoso, 2007).

Jumat, 30 Januari 2015

Resistance Welding Principles


Most welding applies heat to join two pieces of metal. Gas welding produces molten metal through the use of a gas flame. When the molten metal cools, the pieces are joined. Arc welding uses an electric arc between the electrode and the work to melt the metal.

Resistance welding joins two pieces of sheet metal without adding anything. When an electrical current is applied to the work pieces, for a predetermined time a nugget of molten metal is created between the two pieces. 

                          The electrical current is transmitted through   two electrodes and two copper
                                               alloy electrodes then create the nugget of molten metal

 The nugget is created at the point where the two pieces interface because this is the point of maximum heat generation. The heat producing the melting process is caused by the metals’ electrical resistance to the current flow.

Resistance welding equipment consists of :
1. A welding transformer to convert high primary voltage and low primary amperage to low secondary voltage and high secondary amperage needed for welding.
2. The electrodes for passing the current through the work pieces.
3. The conductors which connect these electrodes to the welding transformer.
4. A device for exerting electrode force on the work.
5. A method of regulating the electrical current.
6. A contactor to interrupt the power to the welder transformer.
7. A timer which is capable of controlling the action of the contactor within the limits of accuracy required to produce the desired weld characteristics.
8. A method of cooling the electrodes with water

 schematic drawing of these components:



ALTERNATING CURRENT
The majority of resistance welding machines operate on single phase, with frequency 50 or 60 Hz (cyles persecond),incorporate with a single phase welding transformer to convert the high power line voltage to a low secondary voltage, normally in the range of 1.0 to 25.0 volts.
Depending on the thickness and type of material to be welded, on secondary of trafo,  current may be from 1,000 to as muchas 100,000 amperes or more.


DIRECT CURRENT
Some resistance welders are designed to operate on a 3-Phase, and will rectify the current from alternating current (AC) to direct current (DC). A 3-Phase DC resistance welder is electrically more
efficient than a single phase AC resistance welder,  because it usually produces more welding amperageper KVA and requires less demand on the primary electrical service.


ELECTRICAL CHARACTERISTICS
Most equipment is rated at a certain KVA (such as 30 KVA). The KVA (kilo-volt-amp) rating is a measure of theamount of power the equipment can handle without excessive internal heating. The duty cycle of a transformer is defined as the percentage of time on in each one minute period the transformer is actually carrying current. It is expressed in this formula:


                                WELD TIME x # WELDS PER MINUTE
% DUTY CYCLE = ------------------------------------------------------ x 100
                                                         3600

In most resistance welding applications, actual duty cycle is much less than the 50% duty cycle used Most equipment is rated at a certain KVA (such as 30 KVA). The KVA (kilo-volt-amp) rating is a measure of theamount of power the equipment can handle without excessive internal heating. In most cases, the welding transformer is the limiting factor in the equipment and determines the KVA rating. It is standard practice to rate a welding transformer at a 50% duty cycle. The duty cycle of a transformer is defined as the percentage of time onin each one minute period the transformer is actually carrying current. formula:


                                 WELD TIME x # WELDS PER MINUTE
% DUTY CYCLE = ------------------------------------------------------ x 100
                                                         3600

In most resistance welding applications, actual duty cycle is much less than the 50% duty cycle used for rating the machine. Transformers made by different manufacturers, but with the same KVA rating, may produce widely different amounts of welding current. It is important to compare not only KVA rating, but welding current when comparing resistance welding machines

DOWNLOAD MORE INFO --BASIC WELD RESISTANT

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More