Definisi-Definisi Waktu untuk Industri
Waktu seperti pedang,
jika kau tak memotongnya, ia memotongmu (Ali
bin Abi Thalib)
Kutipan di atas menyiratkan bahwa betapa pentingnya
waktu, terlebih lagi bagi suatu organisasi bisnis berbasis industri manufaktur.
Bagi industri manufaktur, waktu adalah “kesempatan” untuk menghasilkan produk,
dan dalam produk itu terdapat keuntungan. Kita ketahui bahwa prinsip ekonomi
adalah:
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
dengan pengorbanan sekecil-kecilnya
pengorbanan itu termasuk waktu karena jika tidak
dikelola dengan baik maka akan “memotong” kesempatan untuk menghasilkan
keuntungan sebanyak-banyaknya.
Di industri manufaktur berprinsip lean process dikenal beberapa istilah waktu diantaranya
adalah:
- Cycle Time
- Takt Time
- Processing Time
- Kosu
- Machine Time
- Machine Cycle Time
- Value Add Time
- Lead Time
- Production Lead Time
- Order Lead Time
- Order-to-Cash Time
Cycle
Time: Waktu yang dibutuhkan seorang
operator untuk menyelesaikan 1 siklus pekerjaannya termasuk untuk melakukan
kerja manual dan berjalan.
Terkadang diartikan sebagai waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit produk, dalam hal ini ditentukan dari
proses yang paling lama (bottleneck), apakah itu pekerjaan manusia atau mesin.
Ada juga orang menyatakan satuan kerja
operator ini dengan satuan kebalikan dari Cycle TIme atau kebalikan dari
waktu/pcs yaitu Stroke Per Minute / SPM atau Pcs/menit, sehingga untuk SPM ini
merupakan banyak hasil kerja operator dalam satu menit pada satu jenis proses
yang dilakukan operator tersebut
Takt
Time: Istilah “takt” diambil dari kata
Jerman yang berarti “baton”; yaitu tongkat kecil yang dipakai oleh panglima
perang atau oleh pemimpin orkestra, takt merujuk
pada pukulan, tempo, dan regulasi kecepatan irama. Kristianto Jahja dalam alih
bahasa buku Gemba
Kaizenmengistilahkan takt time ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “pacu kerja”.
Batasan umum takt time adalah: waktu yang “diinginkan” untuk membuat
satu unit keluaran produksi.
Takt
time berbeda dengan cycle time (CT) karena takt time (TT) tidak diukur dengan stopwatch, tetapi harus dihitung dengan formula sebagai
berikut:
Berdasarkan sudut pandang pelanggan:
Takt time = Waktu operasi yang tersedia/ Permintaan pelanggan
Misal: 8 jam per hari 4 unit permintaan
harian = TT adalah 2 jam.
Berdasarkan sudut pandang operasi:
Takt time = Waktu operasi yang tersedia / Ramalan permintaan
Misal: 8 jam per hari 5,7 unit ramalan
permintaan = TT adalah 1,4 jam.
Angka nominal takt time adalah variabel awal untuk mendikte desain
“arsitektur” keseluruhan operasi manufaktur. Total waktu operasi dihitung pada
saat dasar semua operasi permesinan berada pada tingkat efisiensi 100% (operational availability = 100%) selama jam kerja reguler.
Meskipun takt time dihitung berdasarkan
jam kerja reguler, tetapi terkadang dimasukkan juga jumlah yang melebihi
jam kerja reguler (e.g., karena dipicu oleh adanya downtime, kemampuan lini yang rendah). Takt time seperti ini disebut actual takt time.
Processing
Time: Estimasi waktu penyelesaian
pekerjaan. Processing
timediamati dengan alat ukur waktu (stopwatch) terhadap 1 unit produk yang diproses oleh 1 orang
operator.
Processing time = Kerja manual + Berjalan + Menunggu
Processing time hanya untuk operator, tidak untuk mesin.
Kosu: Istilah Jepang untuk Jam Orang Per Unit (JOPU)
yang berkaitan dengan jam orang spesifik yang dibutuhkan untuk menghasilkan
satu unit di satu proses tertentu.
Satuan ini digunakan untuk mengukur dan
menilai produktivitas operator. Penurunan kosu merupakan
salah satu indikator kunci dalam mengukur perbaikan produktivitas di lantai
produksi.
Kosu dihitung dengan membagi jam dari keseluruhan
tenaga kerja langsung (directman
hours) dengan jumlah output produksi per jam
(output per hour).
Kosu = Directman hours / Output per hour
Machine
Time: Waktu satu mesin yang sedang
mengerjakan satu produk.
Machine time adalah waktu total mesin yang sedang mengerjakan
produk. Operator yang berdiri disekitar mesin untuk menunggu mesin tidak punya
pengaruh pada machine
time.
Misal: Jika mesin otomatis berjalan 60
detik, operator bekerja 20 detik, dan waktu menunggu 40 detik, maka machine time tetap 60 detik.
Machine time adalah konsep umum yang berkaitan dengan “Lembar
Standar Kombinasi Kerja” (Standard
Work Combination Sheet).
Catatan: Machine time berbeda dengan machine cycle time.
Machine
Cycle Time: Waktu rata-rata antara
penyelesaian unit-unit yang keluar dari suatu mesin.
Contoh: Suatu mesin mungkin
mempunyai machine
time = 60 detik, tapi jika mesin
membuat 6 batch, maka machine cycle time =
10 detik.
Jika prosesnya adalah intensive pekerja,
perhatikan bahwa machine
time bukan termasuk dalam
hitungan cycle
time. (Kecuali jika operator berdiri
disekitar mesin untuk menunggu penyelesaian satu siklus, kemudian waktu
operator dihitung seperti waktu menunggu).
Jika prosesnya adalah intensive mesin,
bagaimanapun intervensi manusia sangat kecil atau tidak ada. Cycle time berarti machine cycle time.
Value
Add Time: Waktu dari elemen-elemen kerja
yang mentransformasikan secara aktual produk kepada pelanggan (juga dikenal
sebagai Value Creating Time). Yang TIDAK termasuk value add time adalah waktu elemen-elemen kerja seperti: mengambil, membawa, meletakkan, dan sebagainya.
Value add time < Cycle time < Lead time
Non value add time = Cycle time – Value add time
Lead
Time: Waktu rata-rata untuk mengalirnya
satu unit produk di sepanjang proses (dari awal sampai akhir) termasuk waktu
menunggu (waiting
time) antara sub-sub proses.
Lead time = Cycle time x Unit WIP x Jumlah operasi + Delay antara proses (terencana dan takterencana)
Contoh 1: Cycle time 240 detik x 1 unit
WIP x 1 operasi + 0 delay = Lead time 4 menit
Contoh 2: Cycle time 240 detik x 50 unit WIP x 2
operasi + 0 delay = Lead time 400 menit
Perhatikan bagaimana jumlah unit WIP (work-in-process ‘unit setengah jadi’) secara radikal
meningkatkan lead
time. Ini adalah salah satu alasan
mengapa lean
manufacturing menginginkan ukuran batchyang
kecil. Delay di antara proses juga sering menyebabkan
besarnya lead
time dan harus terus-menerus
dieliminasi karena merupakan pemborosan (waste).
Dalam prakteknya, istilah “Lead Time”
selalu berarti “Production Lead Time”, tetapi secara teknis, terdapat beberapa
jenis lead
timeyaitu:
– Production Lead Time
– Order Lead Time
– Order-to-Cash Time
Production Lead Time: Waktu dari ketika pabrik menerima order sampai
ketika produk dikirimkan.
Production lead time = A + B + C
Di mana:
A = Waktu dari isu pesanan produksi
sampai mulai produksi.
B = Waktu mulai fabrikasi sampai akhir
(waktu proses + delay).
C = Waktu melengkapi dari unit pertama
sampai satu lot. Misalnya, jika satu box sudah disiapkan sampai ke
proses berikutnya (jumlah per lot takt time produk).
Ini dapat terjadi pada suatu sub-proses,
atau pada suatu keseluruhan rangkaian sub-proses terkait, sering disebut juga
“Door-to-Door Time” (dikenal juga sebagai “Throughput Time”. Untuk sub-proses
tunggal, Production Lead Time = Process Lead Time)
Order
Lead Time: Waktu dari ketika pelanggan
menempatkan order sampai ketika deliveri produk diterima.
Production lead time ditambah segala hal yang terjadi sebelum
penyerahan otoritas kerja dan setelah produk meninggalkan dock pengiriman.
Di tabel MRP sering kita melihat
baris/kolom lead
time, inilah yang dimaksud order lead time.
Order-to-Cash
Time: Waktu dari ketika mendapatkan
pesanan pelanggan sampai ketika mendapatkan pembayaran.
Waktu ini mungkin lebih pendek atau
lebih panjang dibandingkan order lead time.
Rujukan:
Gaspersz, V. (2005). Production planning and inventory
control berdasarkan pendekatan sistem ter integrasi MRP II dan JIT menuju
manufakturing 21 (5thed.). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kusnadi, E. (2009). Analisis produktivitas terhadap
penyeimbangan lintasan. Unpublished
undergraduate thesis, Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Systems2win. (n.d.). Time definitions
for lean process improvement. Retrieved May 16, 2008, from http://systems2win.com