Sistem Otomasi Transportasi Produk dengan Konveyor Berjalan

Memanfaatkan konveyor sebagai alat transfer antar proses cukup efektif dalam otomasi sistem transfer antar proses, hanya saja perlu diperhatikan perubahan kapasitas akibat waktu transfer yang dibutuhkan .

Mekanisme Transfer Otomatis antar Proses Press Mekanik

Memudahkan pemindahan produk antar station proses tanpa handling manual, transfer antar proses bisa diterapkan pada pemindahan produk yang membutuhkan beberapa proses dengan Press Mekanik atau Hidrolik.

Mekanisme Transfer Otomatis Proses Draw pada Press Mekanik

Proses Draw yang membutuhkan beberapa proses dalam pembentukannya sangat efektif dengan memanfaatkan Mekanisme Otomasi Transfer antar prosesnya.

Robotik Pada Sistem Transfer Otomatis

Pada mekanisme transfer yang cukup rumit sangat cocok dengan memanfaatkan Transfer Robotik

Pneumatic Feed Bar Transfer

Pemanfaatan sistem Pneumatik dan Magnet pada mekanisme Transfer Produk

Sabtu, 30 November 2013

Mengalahkan 6 Major Losses Penyebab Kerugian 1

6 major loss ini akan terlihat secara jelas dari nilai OEE untuk masing-masing komponen. Misalkanavailability-nya rendah, maka improvement difokuskan untuk meningkatkan uptime mesin dan mempercepat waktu setup. Rate improvement berfokus pada menghilangkan mesin idle karenaidle minor stoppages, mesin jalan dengan kecepatan dibawah kecepatan normal, idle karena ketidak tersediaan manpower, idle karena ruangan tidak memenuhi spesifikasi, atau idle karena keterlambatan jadwal (WIP terlambat). Quality rate akan berfokus untuk improvement dalam hal pencegahan produk scrap atau terjadinya rework.

Beberapa hal yang bisa menyebabkan 6 major losses diantaranya: Waktu setup lama karena tidak adanya operator, tidak adanya material, changeover produk yang lama, adjustment mesin,warming up, dsb. Unplanned downtime karena mesin rusak, tooling yang salah, atau terjadi perbaikan mesin diluar rencana. Minor stoppages karena mesin berhenti cukup sering meskipun durasinya tidak lama. Reduced speed karena operator yang tidak skill dan komponen mesin yang sudah aus. Serta scrap yang terjadi selama proses produksi. Improvement dari indikator OEE ini erat kaitannya dengan initiatif implementasi TPM.
Autonomous Maintenance adalah salah satu prinsip dalam Lean yang fokus pada improvementmesin. Bagian utama dari beberapa pilar Total Productive Maintenance. Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh autonomous maintenance adalah:
  1. Mencegah dan mengurangi lama waktu mesin downtime
  2. Mencegah defect dari proses mesin
  3. Mempercepat penanganan terhadap mesin downtime
  4. Meningkatkan ketahanan mesin
  5. Menjaga mesin dalam kondisi selalu bersih dan prima
  6. Mencegah kerusakan mesin yang lebih parah
  7. Meningkatkan pemahaman operator dan skill tentang mesin
  8. Operator yang memahami dan mampu melakukan perawatan dasar dari mesin
  9. Mengurangi resiko kecelakaan kerja karena operator paham sistem safety dari mesin

Pondasi 5S dan 8 Pilar Penyangga TPM

Konsep TPM memiliki 5S sebagai pondasinya, dan terdapat 8 pilar sebagai penyangganya. Pilar utamanya yaitu Autonomous Maintenance (Jishu Hozen), Planned Maintenance, Focused Improvement (Kobetsu), Quality Maintenance, Initial Control, Training, TPM Office, dan Environment Health Safety. Pilar AM dalam TPM ingin mewujudkan operator yang paham terhadap perawatan mesin, mampu mendeteksi keadaan tidak normal pada mesin, memahami fungsi peralatan mesin, mampu menemukan penyebab keadaan tidak normal, memahami hubungan antara kualitas hasil mesin dengan fungsi peralatan, mampu memperbaiki, dan mampu mencegah terjadinya kondisi tidak normal.

Planned Maintenance sendiri mencakup Breakdown Maintenance, Preventive Maintenance, dan Improvement Maintenance. Sedangkan Initial Control berfokus untuk mengendalikan maintenance cost mulai dari pembelian, mesin kualifikasi, sampai mesin di scrap. Focused Improvement merupakan tumpuan improvement yang focus pada suatu masalah tertentu yang dilakukan oleh kelompok. Quality Maintenance menciptakan mesin yang menghasilkan output bebas defect. Training mencakup training mesin, metoda improvement, dan juga environment health safety. TPM office menganalogikan alat administrasi di office seperti mesin. Sedangkan EHS mencakup assessment resiko mesin terhadap environmenthealth, dan safety.

Sabtu, 08 Juni 2013

Re-Engineering..mulai dengan mimpi

Manusia biasanya memiliki banyak sekali impian dan harapan. Ada yang hanya sampai tangga 'ingin', ada pula yang naik ke tingkat lebih tinggi yaitu 'melakukan'.Puncaknya tentu saja 'tercapai'. Terkadang untuk menaiki satu demi satu tangga impian itu, kita melewati banyak sekali rintangan dan momentum. Tak sedikit pula yang melewati waktu yang teramat lama.
Semakin bertambahnya usia dan berubahnya kondisi lingkungan, impian kita cenderung bertambah pula. Dari yang hanya memikirkan diri sendiri, kini bisa jadi kita mulai memikirkan impian kita bersama orang lain. Entah itu keluarga, sahabat, atau masyarakat yang membutuhkan. Sayangnya, lagi-lagi impian itu masih sebatas harapan. Ingin begini, mau begitu, rencananya nanti akan begini, dan ungkapan lain yang biasanya kita ucapkan untuk menguatkan impian.
Dulu, sewaktu saya masih kuliah, saya sudah mulai berpikir jauh ke depan, ke masa di mana ketika impian-impian saya terwujud. Sungguh, begitu membuncah rasanya. Ingin naik haji, memiliki pabrik, perpustakaan hijau, punya usaha di bidang media, menjadi hafizhoh, banyak sekali. Biasalah, semangat muda cenderung membuat kita menggebu-gebu dalam menyusun daftar impian. Sayangnya, semangat itu tidak dibarengi dengan visualisasi, master plan, targeting, atau istilah bekennya 'tanpa aksi perencanaan'. Alhasil, impian itu masih saja sebatas mimpi dan harapan hingga tamat kuliah. Semoga saja tidak jatuh pada angan-angan.
Untungnya impian saya tidak bertambah, masih tetap sama, namun perencanaan masih tetap sama, tanpa targeting. Saya tidak menargetkan kapan impian saya terwujud, bagaimana tahap-tahap mewujudkannya, dan apa saja yang harus dicapai, semua itu tidak pernah saya visualisasikan dalam bentuk master dan action plan.Semua mengalir begitu saja seperti air. Lima tahun lebih, impian saya masih belum terwujud. Kalau sebelumnya masih ada program PELITA (Pembangunan Lima Tahun), barangkali pelita saya sudah kedaluwarsa, tidak berlaku lagi.
Barusan saja, saya teringat dengan apa yang saya pelajari selama kuliah - Engineering. Bahwa sejatinya, ketika kita ingin menghasilkan suatu produk, apa pun itu, kita tentu saja melakukan sebuah rekayasa (engineering) proses. Mengadopsi prinsip Dahlan Iskan, manufaturing hope , bahwa sebenarnya setiap kita pun seharusnya melakukan engineering dreams .
Rekayasa yang saya maksud bukanlah dalam konteks manipulasi negatif, melainkan merancang, membuat konstruksi, mengatur hal-hal yang terkait dengan pencapaian impian tersebut. Dan bodohnya saya, saya tidak melakukan semua itu.Saya tidak menyusun rencana, target, serta rencana konstruksi proses rekayasa impian saya. Wajar ketika impian itu tidak kunjung terwujud. Meskipun proses tanpa perencanaan itu tetap dilakukan, tapi proses itu tidak akan efektif.
Catatan ini sengaja saya hadirkan agar saya ingat, muhasabah diri, bahwa untuk menaiki tangga impian itu, engineering dreams mutlak dilakukan sebagai wujud ikhtiar, tentunya tetap dibarengi tawakkal. Jika tidak, bersiaplah meninggalkan dunia ini hanya dengan angan-angan. Bukankah untuk masuk surga saja kita harus melakukan engineering hope?:)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More